PENDAPAT TENTANG DOSEN PKL
Nama :
Mela Maulani
NPM : 170510150001
Tugas :
Praktikum Kerja Lapangan 3
PENDAPAT TENTANG Dr. BUDI RAJAB
Pernahkah
saudara berpikir apa itu dosen? Pernah merasakan diajar oleh seorang dosen yang
sama sekali berbeda dengan guru SMA? Siapa dosen yang saudara sukai dalam
perkuliahan saudara? Bagaimana saudara bisa suka terhadap dosen tersebut? Itu
adalah segelintir pertanyaan yang selalu terdapat dalam pikiran mahasiswa baru
di sebuah perguruan tinggi. Mengapa bisa begitu? Karena, mahasiswa baru budaya yang
dimilikinya dalam dunia pendidikan masih budaya SMA dan mereka dikenalkan
dengan budaya perguruan tinggi dengan salah satu masalah seperti halnya tentang
dosen atau staff pengajar.
Saya
merupakan mahasiswa baru 2015 di jurusan Antropologi, yang kasusnya sama
seperti yang diuraikan di atas. Saya sama sekali tidak tahu seperti apa
perkuliahan itu, apa itu dosen, dan masih banyak pertanyaan yang membenak di
pikiran saya.
Pada
saat ospek jurusan, saya dan teman-teman dikenalkan pada semua dosen
antropologi walaupun ada sebagian yang tidak hadir. Pada saat mulai perkenalan,
dosen yang mengenalkan semua rekan-rekannya adalah bapak Budi Rajab. Pada
awalnya saya merasa aneh dengan dosen yang satu ini, dikarenakan gaya
berbicaranya seperti di pesisir pantai yang bertentangan dengan ombak laut.
Volume suaranya keras sekali, mungkin karena mahasiswa barunya ada yang asik
mengobrol sendiri.
Hari
perkuliahan terus berjalan, dan kebetulan bapak Budi Rajab merupakan dosen di
mata kuliah Praktikum Kerja Lapangan (PKL). Dengan nama lengkap Dr. Budi Rajab,
dosen yang satu ini benar-benar keren. Saya mulai menyukai beliau pada saat
pertamakali mata kuliah PKL bermula.
Penampilan
yang rapih, gaya berbicara yang keras, dalam proses perkuliahan semangat terus,
dan yang paling saya sukai adalah ketika kacamatanya di simpan di atas kepala,
itu menjadikan bapak Budi terlihat lebih muda. Pada saat penjelasan materipun, beliau
menjelaskannya sangan jelas dan mudah dipahami oleh saya. Setiap ada tugas,
persyaratan yang diberikan begitu mudah dan mempermudah semua mahsiswa.
Perkataan
yang paling saya ingat dari bapak Budi adalah “Oh yaa”, itu selalu saya ingat
ketika bertanya ke beliau. Pada saat pemberian tugas, beliau tak henti-hentinya
memerintahkan kami untuk selalu melihat buku EYD pada saat menulis karangan. Karena
hebatnya sebuah karangan adalah bukan dilihat dari isinya saja, tetapi dari
cara penulisan dan kesesuaian tulisan dengan ejaan yang disempurnakan.
Suara
yang begitu menggelegar membuat seisi kelas selalu memperhatikannya. Tak peduli
ada mahasiswa yang bercanda beliau tetap dengan lantangnya menyampaikan materi
kepada mahasiswa. Hebatnya, beliau selalu melontarkan perkataan yang membuat
mahasiswa terhibur. Itu merupakan sebuah relasi baik antara dosen dan
mahasiswa. Berbeda pada mata kuliah dasar-dasar ilmu sosial, beliau mengajar
dengan amat teliti dan begitu jelas sehingga mudah saya pahami. Dengan suara
yang lantang dan keras membuat mahasiswa yang duduk di ujung sekalipun
mendengarkannya.
Namun,
pada saat mata kuliah PKL berlangsung, beliau hanya memberi tugas dan menyuruh
membeli buku EYD, setelah itu kelas bubar. Sangat disayangkan waktu yang sudah
dijadwalkan terbuang sia-sia. Walaupun mahasiswa harus lebih aktif di luar
tetapi setidaknya ada pembekalan terlebih dahulu. Memang pembekalan tersebut
bisa di cari sendiri oleh mahasiswa itu sendiri, namun itu berlaku pada
mahasiswa yang benar-benar ingin belajar, sedangkan mahasiswa yag biasa saja
tidak akan mencari asalkan tugas dikumpulkan tepat waktu.
Komentar
Posting Komentar