Kebudayaan Masa Lampau "Lingkkugan Fisik Situs-situs Kubur Batu Waruga di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara"
KEBUDAYAAN
MASA LAMPAU DI INDONESIA
Kelompok
2 :
|
Tugas
Kelompok :
|
|
1.
Radya Fahlevi
|
170510150045
|
Situs
Kubur Batu “WARUGA” di
|
2.
Rey Felix Yehuda
|
170510150042
|
Kabupaten
Minahasa, Sulawesi Utara
|
3.
Nadya Safriana La Onda
|
170510150003
|
|
4.
Mela Maulani
|
170510150001
|
|
5.
Dede Saeful Aripin
|
170510150025
|
|
6.
Ferdiansyah Lubis
|
170510150027
|
|
Lingkungan Fisik Situs-Situs Kubur
Batu “Waruga”di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara
A. Situs-Situs
Kubur Batu “Waruga” di Sub Etnis Tou’mbulu
Masyarakat Minahasa
adalah suku yang memiliki bentuk budaya yang khas. Salah satunya yaitu
peninggalan berupa tradisi penguburan yang melibatkan ciri megalitik berupa
kubur-kubur peti batu yang disebut waruga.
Waruga berasal dari
kata Wale Waruga (kamus Bahasa
Tuntemboan) yang artinya rumah ampes,
yaitu rumah badan yang akan hancur atau kering. Berasal dari kata Wa dan ruga dengan arti menjadi lembek dan mencair dan ada yang mengatakan
waruga berasal dari kata maruga yang
artinya direbus (BPA, 1984:5). Selain itu banyak asal-usul kata waruga yang
dikemukakan oleh Bertling (1931:33).
B. Lokasi
Penelitian
Situs kubur batu waruga
di Sub Etnis Tou’mbulu berada di wilayah kecamatan Tomohon dan kecamatan
Wenang, kabupaten Minahasa. Kecamatan Tomohon batas-batas wilayahnya yaitu :
1. Sebelah
utara berbatasan dengan kecamatan Pineleng.
2. Sebelah
barat berbatasan dengan kecamatan Tombariri dan Tumpaan.
3. Sebelah
timur berbatasan dengan kecamatan Ramboken dan Airmadidi.
4. Sebelah
selatan berbatasan dengan kecamatan Sonder.
Sedangkan kecamatan Wenang memiliki
batas-batas wilayah yaitu :
1. Sebelah
utara berbatasan dengan kecamatan Molas.
2. Sebelah
barat berbatasan dengan Teluk Manado.
3. Sebelah
timur berbatasan dengan kecamatan Mapanget.
4. Sebelah
selatan berbatasan dengan kecamatan Sario.
C. Jenis
Bahan Baku Kubur Batu “Waruga”
Bahan baku waruga
ditemukan di daerah sekitar Woloan, tepatnya di desa Woloan III, kecamatan
Tomohon. Namun, menurut Informasi dari Balai Arkelologi Manado terdapat
tambahan data mengenai asal sumber bahan baku pembuatan waruga, yaitu sekitar
desa Walian, kecamatan Toohon. Akan tetapi, belum dilakukan analisis batuan.
Di situs pengambilan
bahan Waloan III, telah diambil sempel untuk dianalisis unsur-unsur dan
tanda-tandanya, yaitu :
1. Jenis
batuan-batuan beku
2. Nama
lokal “demato”
3. Warna
segar (hitam keabu-abuan)
4. Warna
lapuk (hitam)
5. Tekstur
(kristalinitas, hipokristalinb, granularitas, fancerik)
6. Fabrik
(bentuk kristal, bentuk relasi)
7. Struktur
(lava bantal)
8. Komposisi
mineral (mineral utama, mineral tambahan)
9. Nama
batuan (basal)
D. Gambaran
Lingkungan Fisik Wilayah Situs-Situs Kubur Batu “Waruga” di Sub Etnis Tou’mbulu
Data sumberdaya
lingkungan fisik yang dapat dimanfaatkan adalah data lingkungan alam masa
sekarang yang dapat dijadikan dasar tentang keadaan lingkungan fisik masa lalu.
Untuk dapat mengetahui hubungan antara situs-situs kubur batu “waruga” dengan
sumberdaya lingkungan di daerah, yang dikaji terlebih dahulu diperlukan data
lokasi situs-situs dan keletakannya pada aneka macam sumberdaya lingkungan.
Wilayah sub etnis
Tou’mbulu berada di wilayah pesisir timur
antara muara Lansa di timur laut hingga ke pulau Didike di barat daya.
Wilayah sub etnis Tou’mbulu menyebar luas higga ke lereng timur gunung Mahawu.
Unsur fisik yang
dibahas yaitu ketinggian, iklim, jenis batuan (geologi), penggunaan tanah, dan
bentang alam.
1. Wilayah
Ketinggian
Wilayah sub etnis
Tou’mbulu dibagi menjadi empat wilayah, yaitu :
a. Wilayah
dataran rendah merupakan wilayah pesisir (kecamatan wori dan kota Manado)
b. Wilayah
perbukitan merupakan daerah berbukit (sebagian kecamatan Wori, kecamatan
Pineleng dan sebagian kecamatan Tomohon)
c. Wilayah
dataran tinggi merupakan wilayah pegunungan (kecamatan Tombariri, Tumpaan,
Pineleng dan Tomohon)
d. Wilayah
puncak gunung (Kotamadia Manado dan kecamatan Wenang)
2. Wilayah
Iklim
Sulawesi Utara terdiri
dari dataran sempit dan pegunungan, sehingga cuaca di wilayah tersebut dapat
berubah-ubah dalam waktu singkat. Perubahan cuaca yang cepat dipengaruhi pula
oleh hembusan angin yang datangnya dari arah barat ke timur kemudian tertahan
oleh pegunungan sehingga tempat yang jauh dari pegunungan mendapat curah hujan
yang relatif besar.
3. Jenis
Batuan (Geologi)
Penyebaran jenis batuan
yang ada di wilayah Etnis Tou’mbulu yaitu :
a. Batuan
aluvium
Terdapat di wilayah
pesisir, yaitu kecamatan Wori, Molas, Wenang serta sebagian di Tombariri dan
Tumpaan. Komponen batuan aluvium terdiri dari pasir lepas, pasir lempung, dan
batu kerikil.
b. Batuan
gunung api muda
Terdapat di wilayah
kerucut-kerucut gunung api strato muda, seperti gunung Lokon, Mahawu, Teterakek
serta bukit Tumpa. Komponen batuan gunung api muda yaitu lava dengan komposisi
basal , lava andesit dan obsidian.
c. Batuan
gunung api
Terdapat di wilayah
sebagian kecil kecamatan Tombariri dan Tumpaan. Komponen batuan gunung api
yaitu breksi, lava dan tufa.
d. Batuan
gamping terumbu karang, breksi, dan batu pasir.
Terdapat di wilayah
utara Wori dan pesisir perbtasan antara Wori dan Molas.
e. Batuan
endapan danau dan sungai
Terdapat disekitar
wilayah Wenang, Wori bagian utara, dan
pantai Tombariri. Susunan batu ini terdiri atas perselingan antara lapisan
pasir lepas dan lanau serta konglomerat.
f. Batuan
tufa tondano
Tersebar cukup luas,
yaitu disepanjang patahan Manado, Tomohan bagian barat dan Tombariri. Ciri
batuan ini adalah adanya struktur aliran dengan pecahan batu apung, lapiji,
breksi dan ignumbrit yang sangat padat.
4. Penggunaan
Tanah
Pengunaan tanah di
wilayah sub etnis Tou’mbulu yaitu meliputi :
a. Pemukiman
(secara berkelompok mengikuti jalur sungai dan jalan)
b. bangunan
perkantoran dan perkotaan
c. makam
(dijumpai di setiap desa dan dekat pemukiman)
d. kebun
e. ladang
f. sawah
(terdapat di kecamatan Tomohon)
g. rawa
h. hutan
(puncak gunung dan bukit)
i.
jalan
j.
dungai dan belukar.
5. Bentang
alam (fisiografi)
Wilayah sb etnis
Tou’mbulu terbagi atas delapan bentang alam, yaitu :
a. Rawa
pasang surut
Jenis batuan aluvial,
dipengaruhi lingkungan laut dan darat berupa dataran lumpur.
b. Kipas
aluvial
Dataran yang terbentuk
oleh endapan sedimen hasil erosi aliran
permukaan maupun sedimentasi sungai.
c. Lembah
aluvial
Sebuah cekungan yang
mempunyai batuan dasar tufa Tondano dengan ciri mengandung pecahan batu apung,
lapili, breksi, dan ignimbrit serta batuan gunung api muda.
d. Dataran
vulkanik
Terbentuk oleh material
hasil aktivitas gunun berapi yang terdapat di bagian timur, yaitu gunung
Mahawu, Masarang, Paketengan, dan gunung Toulangkow.
1.
Metode
Penelitian yang Digunakan oleh Penulis
Penulis menggunakan
metode Survey, yaitu survey lapangan dan survei geologi berupa penelitian usia
batuan, jenis batuan, dan pembagian bentang alam tempat di mana batuan ditemukan.
Metode yang ke dua
yaitu ekskavasi temuan. Penulis Dewi Yani Yuniawati melakukan penelitian dengan
pencatatan dan di buat makalah dengan judul “LINGKUNGAN FISIK SITUS-SITUS KUBUR
BATU ‘WARUGA’ DI KABUPATEN MINAHASA SULAWESI UTARA”, melakukan pemotretan dan
penggambaran karena di dalam makalah terdapat gambar waruga dan pengukuran usia
batuan waruga. Selanjutnya, penemuan temuan berupa insitu yang ditemukan di
lokasi situs yaitu Minahasa Sulawesi Utara.
2.
Deskripsi
Penulis
Penulis
mengklasifikasikan temuan seperti jenis batuan, bentang alam, penggunaan tanah,
dan wilayah ketinggian yang berpengaruh terhadap diketemukannya kubur batu
Waruga.
3.
Penyimpulan
Data
Penulis menyimpulkan
bahwa hasil dari pengamatan situs-situs kubur batu Waruga di Minahasa ini
memperlihatkan adanya pemanfaatan potensi dari sumberdaya alam atau lingkungan
fisiknya. Dari data literatur yang ada,
diperoleh informasi bahwa masyarakat Minahasa kuno meletakan kubur batu waruga
di pekarangan rumahnya. Serta pada situs tersebut masih banyak ditemukan
fragmen gerabah dan keramik.
4.
Bentuk
Data-Data
Bentuk data yang
ditemukan ialah berupa artefak, yaitu kubur batu waruga, jenis batuaan yang
berbeda-beda di setiap ketinggian wilayah, dan adanya fragmen gerabah dan
keramik.
Selanjutnya dalam
bentuk situs, yaitu berupa sebidang tanah yang dijadikan tempat kegiatan masa
lalu oleh suku Minahasa.
Komentar
Posting Komentar