Catatan Lapangan H3 EJR Haruku

CatatanLapangan, 11 Oktober 2017
Hari kedua di Pulau Haruk ini menurutku ngga beraturan banget. Berawal dari belum tau harus ikut kemana dan ngapain gara-gara ngga jadi ke Negeri Ruhumoni jadinya hari Jumat. Aku bangun pagi dan berangkat menuju balai desa tempat perkumpulan teman-teman lain jika mau pergi kemana-mana. Ikutlah aku di rumah piaranya Fathul depan balai desa, kemudian datanglah Jacky dan Azis yang mengajakku pergi ke hutan bersama bapak piara mereka.

Kami menuju hutan dengan maksud untuk melihat berbagai jenis cengkeh yang ada di pulau Haruku. Ada jenis Tuni, Cangcibar, Haji dan masih ada yang lainnya yang tidak aku ingat gara-gara kecapean ketika mendaki gunung Amantomoi. Aku mengira dari awal kebun milik bapak tidak begitu jauh dari pemukiman warga. Ternyata... jalur yang dilalui memang enak karena sudah dibeton, tetapi nanjaknya yang ga nahan untuk ditahan. Terlebih lagi shabisnya jalan beton, kami berempat menelusuri lagi jalanan setapak yang licin dan sempat menyulitkan kami karena jalannya tidak terlihat denganbanyaknya rerumputan liar.

Sepanjang perjalanan, khususnya kami bertiga yang belum tahu apa-apa, disuguhkan oleh pemandangan hutan yang benar-benar hutan, mulai dari pepohonan yang tinggi dan sudah tua, akar-akaran gantung yang mirip banget seperti di hutan Gunung Ciremai. Yang ak temukan di perjalanan Gunung Amantomoi ini adalah pembalakan liar untuk membuka lahan dan ditanami oleh tanaman bebas seperti sengkeh dan umbi-umbian. Pas aku nanya ke bapak ternyata lahannya masih bebas dan boleh dimiliki oleh siapapun karena itu hutan. Bapaknya juga mempunyai beberapa lahan yang dipagari dan ditandai agar tidak digunakan oleh orang lain. Tanda ini juga berkaitan dengan jenis sasi, yaitu sasi pribadi berupa pelarangan kepada orang lain untuk mngambil/menggunakan apa yang menjadi milik pribadi orang tersebut.

Selain itu, kami juga menemukan pohon cengkeh yang mulai dan tengah berbuah, yaitu jenis cengkeh Tuni (Fotonya di instagram ya.. @melamaull). Walaupun sudah dieritain sama bapak apa perbedaan di setiap jenis cengkeh Tuni, Cangcibar, Haji, dll, tetap saja kami dan lebihnya aku tidak mengerti sama sekali apa perbedaannya, yang tau cuman beda daunnya saja ada yang lebar dan ada yang kecil. Aku hendak memetik segagang cengkeh untuk difoto menambah koleksi untuk pembuatan tugas. Ternyata Cengkeh ini disasi juga selama waktu yang ditentukan selama menunggu masa panen. Wahh apa-apa disasi ya.. hmm.bukan hanya cengkeh, kelapa pun demikian. Akan tetapi, karena ini keperluan tugas penelitian, jadi diperbolehkan untuk dipetik. Paling wahnya dari perjalanan mendaki ini adalah.. jauh bangett kebun bapaknya, sampai-sampai mendekati perbatsan tanah komunal milik negeri Haruku dengan negeri Ruhumuni. Ternyata orang Haruku tidak boleh sampai menginjak tanah komunal milik orang Ruhumuni dan pas ditanya kenapa, bapaknya hanya sedikit menjelaskan bahwa itu sudah bukan hak orang Haruku.

Setelah itu, perjalanan pulang dimulai. Kami menyinggahi sungai dimana di sungai tersebut banyak mamak-mamak yang sedang mencuci baju (fotonya di instagram ya). Air sungai yang jernih membuat aku dan teman-teman betah untuk bermain-main disana, mengambil foto dan mencuci kaki yang kotor di perjalanan menuju gunungnya. Aku sempet denger perkataan Om Elli bahwa sungai yang digunakan untuk sasi lompa tidak boleh digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti mencuci baju, mencuci peralatan rumah tangga, dll yang dapat mencemari lingkungan. Tetapi para mamak ini mencuci baju di sungai yang airnya akan mengalir ke muara sungai dekat laiut yang digunakan untuk acara sasi lompa. Kenapa bisa seperti itu ya? Ada pelanggaran adat kah? Atau adanya kelunturan nilai adat? Pertanyaannya ingin terjawabb... huhuu

Setelah sampai rumah bapak piaranya temenku, kami istirahat dan disajikan makanan untuk makan siang. Dan itu wajib tidak boleh menolak. Oke aku makan dengan lahap disitu karena memang lapar. Waktu itu menunjukan pukul 13.00, kami bertiga solat dzuhur dan berenana setelah itu akan pergi ke rumah Kewang. Ternyata  aku disuruh kembali dulu ke rumah piaraku, aku ditemani Jacky lah. Eh pas tiba dirumah disuruh makan lagi sebelum pergi ke rumah Kewang. Makanlah kami berdua disitu wlaupun sebenarnya sudah makan. Hoho

Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke rumah Kewang. Sudah banyak orang disana yang meliha ikan Lompa di sungai yang sedang surut. Aku baru pertama kali lihat ikan lompa banyakkk sekali sampai sungainya menjadi warna hijau dipenuhi ikan lompa. Diantara kakiku berenang ikan lompa. Seharusnya hari ini adalah hari dimana Sasi Lompa diadakan, tetapitidak jadi karena dua hari sebelumnya hujan deras yang mengakibatkan banjir dan air sungai menjadi keruh. Entah kapan sasi lompa dilaksanakan kemudian, menurut Om Elli, harus menunggu waktu sekitar satu sampai dua minggu.

Air laut mulai pasang dan naik ke sungai, aku bersama yang lain mulai menepi karena takut air semakin tinggi dan kami susah untuk kembali ke darat. Disanalah aku melihat sekelompok anak-anak kecil yang sedang bermain perahu. Aku saoa lah mereka untuk mendekatiku. Langsung deh SKSDnya si Mela muncul. Hahaa kita berkenalan satu sama lain dan sekarang ga inget satupun nama anaknya, hehee. Perahu yang mereka tumpangi kecil hanya muat untuk empat orang anak kecil yang badannya kecil-kecil. Ketika aku ingin naik, mereka memperbolehkan, tapi jadinya hanya nampung 3 orang, karena badanku segede gaban. Wkwkk.

Akhirnya aku dan 2 anak yang bernama jems sama llupa lagi satu lagiiii.. menyusuri sungai sampai ke deretan pohon nipah sepanjang sungai. Aku bermaksud ingin mengambil buah nipahnya yang gede bangett satu bendolan.  Ternyata anak-anaknya bersedia membantuku dan mengambilkan buahnya sampai-sampai mereka meminjam golok untuk menebas batang buahnya yang keras. Kenapa aku ingin mengambil buahnya karena melihat di tv bisa dimakan. Pas aku tanya anak-anak pernah nyobain atau engga, merekabilang belum pernah.

Habis itu dibawalah buah nipah itu ke rumah Kewang dan Om Elli beserta yang lain menemuiku dan bertanya buat apa buah nipah? Memangnya bisa dimakan? Aku jawab kalo di tv bisa dimakan. Lanjutlah aku mencongkel satu buahnya yang keras dan memotongnya. Ternyata dalamnya itu seperti buah rambutan bentuknya bulat, bening putih seperti kelapamuda. Dan pas aku coba rasanya memang hampir sama seperti kelapa muda, manis banyak airnya dan segar. Ternyta Om Elli juga baru pertamakali memakan buah nipah tersebut. Xsemua orang mencoba, ada yang suka danada yang tidak. Padahal enak sih sebenernya. Hehe cuman yang aku bawa kayanya kurang matang banget buahnya. (fotonya di instagram yaa) wwkk.

Okee kegiatan dilanjutkan dengan menanam pohon bakau. Inii yang paling seru, gali lobang (kalau orang maluku sebutnya kolam bukan lubang), banyak kepiting bakau, simpan pohon bakau, bungkus....wkwkwk entah berapa yang berhsil kita tanam untuk menjaga lahan tidak gersang dan dikemudian hari mencegah abrasi dari meluapnya muara sungai. Terjadi banyak pencitraan disini, kamisebutnya itu sih walaupun sebenarnya tidak. Hehee (fotonya di Instagram yaa). Kami sempat kewalahan ketika air sungai mulai pasang dan kolam yang kami gali terisi oleh air. Pokonya apa yang aku lihat dari tv dan apa yang kau inginkan terlaksana disini, menanam pohon bakau dan melihat kepitik bakau walaupun masih kecil-kecil. ternyata alhamdulillah keinginanku tercapai, hehee.

Setelah itu, sekitar jam lima sore waktu indonesia timur sebagian dari kami pergi berlayar ke laut Haruku di sebelah barat kalo ga salah. Kenapa aku berani udah sesore itu karena di Haruku dan Maluku jam lima sampai jam enam itu seperti jam 4 di Bandung. Wkwkk berlayarlah kami dengan niat berenang di ujung perjalanan. Alhasil, kami melihat banyak terumbu karang yang indah karena air lautnya yang jernih, aku melihat Penyu yang melintas dekat kapal kami, melihat ikan-ikan hias yang berenang mengitari terumbu karang. Habis itu kami berenang dan aku turun terakhir dar perahu. Sumpah airnya asinn dan ketelen, huekkk... sayangnya momen ini tidak bisa diabadikan karena tidak ada yang mebawa kamera. Huhu.

Kami pulang karena matahari sudah tenggelam dan ternyata waktu sudah menunjukan pukul 18.00 WIT. Tiba di depan rumah Kewang, teman-teman yang lain kesal karena tidak dijemput lagi oleh perahu. Lalu kegiatan dilanjutkan  dengan rapat bersama pembimbing untukmeyampaikan progres yang sudah didapatkan hari ini. aku telah diberi judul penelitian oleh pak Martin, yaitu Persaudaraan di Persimpangan Jalur Rempah. Menarik kan?? Mau tau bagaimana penjelasannya? Ikutin terus cerita aku ya, di blog sama post foto di instagram.

Sebenarnya banyak sekali lahan penelitian untuk bidang Antropologi. Pak Martin sangat mendukung sekali ketika aku mengusung tema penelitian yang berhubungan dengan jurusanku antropologi tentang sistem kekerabatan pela di Haruku.
Dituntunlah aku ke judul itu walaupun sebelumnya aku sudah mempunyai rencana penelitian sendiri. Hohoo akhirnya hari Jumat nanti aku bersama teman-teman dan pembimbing akan pergi ke negeri Ruhumoni, karena pusat persebaran islam, cikal bakal pela dan persaudaraan/kekerabatan berasal dari negeri tersebut. Rapat diakhiri dengan tugas membuat catatan lapangan seperti ini dan laporan untuk hari Sabtu nanti.

Terimakasih semuanya, terutama untuk ekspedisi jalur rempah 2017.

Komentar

Postingan Populer