selamat pagi..
Malam tetaplah menjadi malam dengan sejuta bintang yang
menghiasinya jiga ia sedang cerah. `angin tetaplah menjadi angin yang senantiasa
akan tetap berhembus dengan arah yang tentu ataupun tak tentu. Tulisan tetaplah
menjadi tulisan selama ia memiliki sebuah arti. Kata tetaplah menjadi kata selama
ia berdiri, namun kadang ia sama sekali tidak berarti apa-apa ketika berdiri
sendiri, ia akan memiliki makna jika bergabung dengan kata lainnya.
Seperti halnya dengan manusia adalah mahluk sosial yang tidak
dapat berdiri sendiri. Selalu membutuhkan orang lain. Walaupun ia mahluk
individu yang memiliki badan jiwa dan roh, namun ketiga aspek tersebut sangatlah
saling bergantung satu sama lain. Tidak ada sakit roh, melainkan hanya ada sakit
jiwa dalam artian psikoloisnya terganggu. Ada sakit badan, namun lebih kepada artian
fisik atau jasmani manusia tersebut.
Manusia memang bebas, bebas dalam artian memilih bagaimana
hidupnya, rencananya, masa depannya dan semua hal yang ia inginkan. Namun secara
tidak sadar, kebebasannya itu terikat oleh faksilitas-faksilitas yang berada
dekat dengan mereka, yaitu berupa aturan, nilai, norma, dsb. Mereka boleh saja
bebas melakukan apapun yang dikehendaki, namun apa yang dikehendakinya terbatas
oleh nilai di ligkungan tempat hidupnya. Seperti halnya dalam berpacaran, bebas
boleh memilih pasangan, melakukan apapun, namun pasti mereka tetap ada dalam batasan
yang wajar.
Kebudayaan dan nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat
menjadi salah satu faktor faksilitas yang membatasi kebebasan tersebut. Adanya hukum
adat, hukum alam, hukum buatan yang membuat mereka para manusia mempertimbangkan
apa arti kebebasan yang sebenarnya. Apalagi jika mereka memiliki relasi vertikal
(tuhan) pasti senantiasa akan selalu mentaati apa yang diperintahkan dalam relasi
tersebut.
Setiap pilihan pasti lah ada hasilnya. Kita petik dan jadikan
pembelajaran bahwa hidup itu adalah anugerah
terindah dan terberat. Yakin lah bahwa setiap manusia hidupnya itu tidak selalu
datar seperti padang savana, tetapi terjal seperti pegunungan dan palung lautan,
luka-liku seperti sungai, tak menentu seperti cuaca sekarang terombang-ambing
seperti kapal di lautan yang tak tentu arah dan masih banyak pengibaratan lainnya
untuk menggambarkan kehidupan ini.
Dan pada akhirnya, hati tetaplah menjadi hati yang mulai
terbiasa menerima kondisi apapun. Sebentar, terbiasa atau dibiasakan atau pasrah
dengan kebiasaan atau iklas menerima kebiasaan tersebut atau muncul kata “udah
biasa” atau kah dia mulai lelah.
Oh senja, janganlah kau berpaling membiaskan sinarmu di tempat
yang tak semestinya, kulit ini membutuhkanmu dengan hangatnya belaian cahayamu.
Oh pagi, sesejuk apakah dirimu hingga kulit ini selalu
merinding menyambutmu dengan mentari yang menghangatkan.
Oh siang, akan kah kau selalu terik-teriknya menyiram bumi yang
mulai panas, meyiram hati ini?
Oh malam,, kapan malam-malam mu yang lembut selalu dan akan
terus menyapa hati ini??
#edisi latihan yang belum fokus pada satu tema
Komentar
Posting Komentar